Jumat, 15 Maret 2013

Demokrasi Saat Ini adalah Demokrasi Borjouis


"Demokrasi menurut Bung Karno adalah sebuah sistem yang dibangun dari susunan masyarakat itu sendiri. Demokrasi saat ini yang hadir hanyalah hasil dari kesepakatan oligarki politik. Kemudian terjadi derivasi dalam membangun sebuah modus operandi mafia” ujar Hendrajit, selaku Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI), dalam kata pembukanya di acara Diskusi Interaktif DPD DKI Jakarta FKB KAPPI 66 pada Kamis, 14 Maret 2013 yang lalu di Gedung Joang 45, Menteng Raya, Jakarta Pusat.


Kembali Hendrajit melanjutkan bahwa demokrasi saat ini, dalam bahasa Bung Karno, adalah demokrasi borjouis. Dimana kaum borjuis yang menguasai koran-koran, televisi, radio, dan lain-lain. Dengan demikian, kaum borjuis-lah yang paling siap untuk memenangkan pertarungan dalam pemilihan anggota legeslatif. Dalam demokrasi borjuis, semua proses pembuatan Undang-Undang ditentukan oleh kaum borjuis.

Hendrajit mengingatkan, dahulu Bung Karno mengajukan konsep sosio-demokrasi dan sosio-nasionalisme. Sosio-demokrasi berdiri dengan kedua kakinya, yaitu demokrasi politik dan demokrasi ekonomi, di tengah-tengah rakyat. Dengan demikian, sosio-demokrasi berusaha menggabungkan demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Dari sinilah hadir “Marhaenisme”. Dengan sosio-demokrasi, kaum marhaen akan terpastikan memegang kekuasaan politik. Pada saat itu, katanya, semua urusan berada di bawah kontrol rakyat. Rakyat terlibat langsung dalam memutuskan, menjalankan, dan mengontrol semua kebijakan-kebijakan politik negara. Inilah demokrasi politik. Sementara sosio-nasionalisme sederhananya adalah itu tidak hanya mencari atau mengusahakan Indonesia merdeka, yaitu lepas dari kolonialisme dan imperialisme, tetapi juga mengusaha hilangnya kepincangan dalam masyarakat, yaitu menghilangkan susunan masyarakat kapitalis. Pendek kata: sosio-nasionalisme itu adalah anti-imperialisme dan anti-kapitalisme.

Pembukaan Diskusi Interaktif dengan tema “Membangun Kembali Kedaulatan dari Puing-Puing Kehancuran“ ini dilakukan oleh Bambang Heriyanto selaku Ketua Umum FKB KAPPI 66. Dalam sambutannya Bambang menyampaikan bahwa FKB KAPPI 66 mengajak untuk membuka paradigma baru. Dimana sudah saatnya negara ini dibangun melalui dialog dengan menggali gagasan-gagasan baru. Demonstrasi bukanlah satu-satunya jalan dalam menyampaikan sebuah gagasan. 

“FKB KAPPI 66 akan terus merangkul idealisme dari semua elemen tanpa mengenal lelah. Dan mengajak untuk memberikan inovasi-inovasi pemikiran perubahan untuk dijadikan blue print di masa datang.” ujar Bambang.

Lebih lanjut Bambang mengatakan, FKB KAPPI 66 bukan waktunya lagi untuk saling mencela tapi yang dilakukan adalah koreksi dan evaluasi dari apa yang telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu demi mendapatkan solusi. FKB KAPPI 66 mencoba mengajak untuk berdialog dan melakukan penggalian-penggalian gagasan untuk merubah sistem. Mencari gerakan-gerakan yang lebih konstruktif dan inovatif untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan kita bersama. (TGR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar