Kamis, 14 Maret 2013

SAMBUTAN PADA ACARA DIALOG KEBANGSAAN FKB KAPPI ’66 DKI JAKARTA DI GEDUNG JUANG 45


Salam Ampera...! Salam Ampera...! Salam Ampera...!

Asalamu ‘alaikum warahmatullah.  Salam sejahtera bagi kita semua.

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Mayjend (Purn) Tyasno Sudarto yang berkenan hadir pada acara kita hari ini. Demikian pula kepada Bapak Mayjend Nachrowi Ramli yang bersedia menjadi nara sumber dialog kita pada hari ini. Ibu Sheila, Ketua FKB KAPPI ’66 DKI Jakarta, serta sahabat-sahabat KAPPI ’66 semua, yang bersedia hadir pada hari ini.

Terima kasih pula saya ucapkan kepada Bapak Yusuf Rizal, Presiden Lira yang hadir mendukung diskusi kita. Juga Mas Hendrajid yang akan menjadi nara sumber kita.

Terima kasih pula saya ucapkan kepada adik-adik KNPI, HMI, LSM, serta adik-adik mahasiswa yang telah siap berdialog dengan kita semua. Saya dengar hadir dari Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pancasila, Universitas BSI Tangerang, Universitas Dharma Persada, Universitas Bung Karno, dan lain-lain.

Saudara-saudara ku yang kucintai...
Pertama-tama, marilah kita syukuri nikmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan kasih sayangNya-lah, hari ini kita dapat berkumpul, dan bersilaturahmi di gedung yang bersejarah ini. Di gedung yang dulu merubah jalannya sejarah Republik Indonesia yang kita cintai ini.

Saudara-saudara, teman seperjuangan ampera, dan adik-adik yang kusayangi. Belum lama ini, pada 9 Februari lalu, di Gedung Juang ini juga, kita baru saja memperingati Hari Bangkit KAPPI ’66 ke 47, yang mengingatkan kita, yang menyadarkan kita semua bahwa, perjuangan ampera itu, belum tuntas...!  

Hari ini, kita kembali hadir di sini, di Gedung Juang ’45, menunjukkan bahwa semangat patriotisme kita masih menyala. Masih berkobar di dada kita. Dan hari ini, berani saya katakan bahwa, “Gedung Juang ’45 ini, akan kembali aktif, kembali menjadi saksi perjuangan anak bangsa, mewujudkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri, bangsa yang cerdas, bangsa yang sejahtera, serta bermartabat di dunia internasional.”

Nah..., untuk itu saudara-saudara, kita harus merangkul berbagai elemen bangsa, berbagai golongan, terutama kalangan generasi muda untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita kita itu. Mari membangun paradigma baru, mari mencari gagasan segar menuju perubahan mindset yang baru, untuk keluar dari sistem yang membelenggu kita selama ini.

Bayangkan, saudara-sadara..., adik-adik...., bertahun-tahun sejak revolusi kemerdekaan sampai hari ini, kita terus tergantung kepada bangsa lain, bahkan bahan pangan pun kita masih terus import...!!!

Memang kalau kita pikirkan, dan melihat apa yang sedang terjadi negeri kita dewasa ini, terasa sangat berat untuk melakukan suatu perubahan, namun kita harus memulai...! Kita harus menunjukkan bahwa kita mampu melakukan sesuatu yang konkrit untuk rakyat Indonesia.

Untuk memulai inilah kita perlu semua elemen bangsa, kita perlu mengajak kaum muda bangkit bersama orang-orang tua yang bisa memberikan urun rembuk warisan pengalaman dari sudut pahit getirnya perjalanan bangsa.

Oleh karena itu, saya selalu katakan bahwa, yang harus kita lakukan sekarang adalah menghilangkan perbedaan-perbedaan pendapat, dengan membiasakan berdialog yang konstruktif dan inovatif, guna mewujudkan suatu cita-cita merubah bangsa kita yang selama ini di “takar” oleh bangsa lain. Kasarnya bangsa kita “dijengkal” oleh bangsa lain.

Bukan cuma itu, bahkan kita pun diadu domba. Gonjang-ganjing politik belakangan ini pun menunjukkan bahwa politik adu domba itu semakin jelas, dan semakin keras. Oleh karena itu, kita jangan terjebak dalam manajemen konflik itu yang memang sengaja diciptakan untuk melemahkan kita sebagai sebuah bangsa.

Saudara-saudara, dan adik-adik mahasiswa yang budiman, marilah kita mencari gerakan yang lebih konstruktif dan lebih inovatif  dalam memperjuangkan aspirasi rakyat. Bukan berarti demonstrasi itu tidak perlu, tapi kita harus menyadari bahwa, dalam kondisi politik transaksional yang tumbuh subur di kalangan elit kita, gerakan demonstrasi mahasiswa, maupun elemen bangsa yang lain, akan sangat mudah untuk ditunggangi.

Nah, dalam konteks itu, gagasan diskusi kita hari ini sebetulnya adalah guna mendalami “Topik Jurnal” yang ditulis dan diterbitkan oleh salah satu nara sumber kita hari ini, yaitu saudara Hendrajid dengan judul “Merobek Jalur Sutera.” Judul Jurnal itu, sangat relevan dengan situasi yang kita hadapi sekarang ini. Keberhasilan Cina, kebangkitan Cina membangun negaranya menjadi kekuatan ekonomi dunia yang disegani, bisa menjadi contoh bagi kita. Karena saya lama tinggal di negeri tersebut, dan melihat geliat kebangkitan itu.

Saudara-saudara, dunia terperangah, ternyata ideologi komunis yang dianggap telah mati mampu menjadi mesin yang efektif bagi kebangkitan ekonomi Cina. Bahkan mengguncang kekuatan ekonomi kapitalis yang merajai dunia.

Belajar dari Cina, bukan berarti kita harus menjadi komunis. Tapi kita bisa belajar bahwa keteguhan serta orientasi yang jelas dengan sikap yang tegas dan konsisten akan membawa hasil yang maksimal.

Saudara-saudara, kita harus mensyukuri apa yang telah kita capai sampai hari ini. Kita juga harus mengakui keberhasilan-keberhasilan kepemimpin kita terdahulu. Tapi kita yakini, bila saja kita berjuang lebih keras, berani melakukan perubahan sampai menghasilkan mindset yang baru, untuk mencapai cita-cita bangsa yang mandiri secara ekonomi, mandiri berfikir, dan menjamin kesejahteraan rakyat hingga tercapainya suatu kemakmuran bangsa – bisa kita lakukan bila kita berani menciptakan sistem yang baru.

Oleh karena itu, dalam menuju mindset yang baru itu, kita tidak perlu malu-malu melihat geliat dari negara-negara tetangga kita yang telah maju, yang secara ekonomi telah mandiri, termasuk yang dilakukan oleh negara Cina yang menjadi fokus perhatian kita.

Saudara-saudara, adik-adik mahasiswa, kita harus berani menciptakan “Revolusi Biru”, blue print bagi Indonesia baru. Indonesia yang mandiri secara ekonomi maupun teknologi, Indonesia yang cerdas dan kreatif, Indonesia yang sejahtera rakyatnya. Saya sangat berharap dari dialog kita hari ini, akan menjadi langkah pertama gerakan “revolusi biru” yang saya maksud itu.

Demikianlah saudara-saudara, adik-adik yang budiman.
Semoga apa yang kita cita-citakan bersama menjadi kenyataan.

Saudara-saudara, sahabat-sahabat, adik-adik, akhir kata, bila ada salah kata dan salah ucap saya mohon maaf sebesar-besarnya.

Wasalamu ‘alaikum warahmatullah...

Jakarta, 14 Maret  2013


Bambang Heryanto
Ketua Umum FKB KAPPI ‘66

Tidak ada komentar:

Posting Komentar