Salam
Ampera...! Salam Ampera...! Salam Ampera...!
Asalamu
‘alaikum warahmatullah. Salam sejahtera
bagi kita semua.
Saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Mayjend (Purn) Tyasno
Sudarto yang berkenan hadir pada acara kita hari ini. Demikian pula kepada
Bapak Mayjend Nachrowi Ramli yang bersedia menjadi nara sumber dialog kita pada
hari ini. Ibu Sheila, Ketua FKB KAPPI ’66 DKI Jakarta, serta sahabat-sahabat
KAPPI ’66 semua, yang bersedia hadir pada hari ini.
Terima
kasih pula saya ucapkan kepada Bapak Yusuf Rizal, Presiden Lira yang hadir
mendukung diskusi kita. Juga Mas Hendrajid yang akan menjadi nara sumber kita.
Terima
kasih pula saya ucapkan kepada adik-adik KNPI, HMI, LSM, serta adik-adik
mahasiswa yang telah siap berdialog dengan kita semua. Saya dengar hadir dari
Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pancasila, Universitas BSI Tangerang,
Universitas Dharma Persada, Universitas Bung Karno, dan lain-lain.
Saudara-saudara ku yang kucintai...
Pertama-tama,
marilah kita syukuri nikmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan kasih sayangNya-lah,
hari ini kita dapat berkumpul, dan bersilaturahmi di gedung yang bersejarah
ini. Di gedung yang dulu merubah jalannya sejarah Republik Indonesia yang kita
cintai ini.
Saudara-saudara,
teman seperjuangan ampera, dan adik-adik yang kusayangi. Belum lama ini, pada 9
Februari lalu, di Gedung Juang ini juga, kita baru saja memperingati Hari Bangkit KAPPI ’66 ke 47, yang
mengingatkan kita, yang menyadarkan kita semua bahwa, perjuangan ampera itu, belum tuntas...!
Hari
ini, kita kembali hadir di sini, di Gedung Juang ’45, menunjukkan bahwa
semangat patriotisme kita masih menyala. Masih berkobar di dada kita.
Dan hari ini, berani saya katakan bahwa, “Gedung
Juang ’45 ini, akan kembali aktif, kembali menjadi saksi perjuangan anak bangsa,
mewujudkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri, bangsa yang cerdas, bangsa
yang sejahtera, serta bermartabat di dunia internasional.”
Nah...,
untuk itu saudara-saudara, kita harus merangkul berbagai elemen bangsa,
berbagai golongan, terutama kalangan generasi muda untuk bersama-sama
mewujudkan cita-cita kita itu. Mari membangun paradigma baru, mari mencari
gagasan segar menuju perubahan mindset yang baru, untuk keluar dari
sistem yang membelenggu kita selama ini.
Bayangkan,
saudara-sadara..., adik-adik...., bertahun-tahun sejak revolusi kemerdekaan
sampai hari ini, kita terus tergantung kepada bangsa lain, bahkan bahan pangan
pun kita masih terus import...!!!
Memang
kalau kita pikirkan, dan melihat apa yang sedang terjadi negeri kita dewasa ini,
terasa sangat berat untuk melakukan suatu perubahan, namun kita harus memulai...!
Kita harus menunjukkan bahwa kita mampu melakukan sesuatu yang konkrit untuk
rakyat Indonesia.
Untuk
memulai inilah kita perlu semua elemen bangsa, kita perlu mengajak kaum muda
bangkit bersama orang-orang tua yang bisa memberikan urun rembuk warisan
pengalaman dari sudut pahit getirnya perjalanan bangsa.
Oleh
karena itu, saya selalu katakan bahwa, yang harus kita lakukan sekarang adalah menghilangkan perbedaan-perbedaan pendapat,
dengan membiasakan berdialog yang konstruktif dan inovatif, guna mewujudkan
suatu cita-cita merubah bangsa kita yang selama ini di “takar” oleh bangsa
lain. Kasarnya bangsa kita “dijengkal” oleh bangsa lain.
Bukan
cuma itu, bahkan kita pun diadu domba. Gonjang-ganjing politik
belakangan ini pun menunjukkan bahwa politik adu domba itu semakin jelas, dan
semakin keras. Oleh karena itu, kita jangan terjebak dalam manajemen konflik
itu yang memang sengaja diciptakan untuk melemahkan kita sebagai sebuah bangsa.
Saudara-saudara,
dan adik-adik mahasiswa yang budiman, marilah kita mencari gerakan yang lebih
konstruktif dan lebih inovatif dalam
memperjuangkan aspirasi rakyat. Bukan berarti demonstrasi itu tidak perlu, tapi
kita harus menyadari bahwa, dalam kondisi politik transaksional yang tumbuh
subur di kalangan elit kita, gerakan demonstrasi mahasiswa, maupun elemen
bangsa yang lain, akan sangat mudah untuk ditunggangi.
Nah,
dalam konteks itu, gagasan diskusi kita hari ini sebetulnya adalah guna
mendalami “Topik Jurnal” yang ditulis dan diterbitkan oleh salah satu nara
sumber kita hari ini, yaitu saudara Hendrajid dengan judul “Merobek Jalur Sutera.”
Judul Jurnal itu, sangat relevan dengan situasi yang kita hadapi sekarang ini.
Keberhasilan Cina, kebangkitan Cina membangun negaranya menjadi kekuatan
ekonomi dunia yang disegani, bisa menjadi contoh bagi kita. Karena saya lama
tinggal di negeri tersebut, dan melihat geliat kebangkitan itu.
Saudara-saudara,
dunia terperangah, ternyata ideologi komunis yang dianggap telah mati mampu
menjadi mesin yang efektif bagi kebangkitan ekonomi Cina. Bahkan mengguncang
kekuatan ekonomi kapitalis yang merajai dunia.
Belajar
dari Cina, bukan berarti kita harus menjadi komunis. Tapi kita bisa belajar
bahwa keteguhan serta orientasi yang jelas dengan sikap yang tegas dan
konsisten akan membawa hasil yang maksimal.
Saudara-saudara,
kita harus mensyukuri apa yang telah kita capai sampai hari ini. Kita juga harus
mengakui keberhasilan-keberhasilan kepemimpin kita terdahulu. Tapi kita
yakini, bila saja kita berjuang lebih keras, berani melakukan perubahan
sampai menghasilkan mindset yang baru, untuk mencapai cita-cita bangsa yang mandiri
secara ekonomi, mandiri berfikir, dan menjamin kesejahteraan rakyat hingga
tercapainya suatu kemakmuran bangsa – bisa kita lakukan bila kita berani
menciptakan sistem yang baru.
Oleh
karena itu, dalam menuju mindset yang baru itu, kita tidak
perlu malu-malu melihat geliat dari negara-negara tetangga kita yang telah maju,
yang secara ekonomi telah mandiri, termasuk yang dilakukan oleh negara Cina
yang menjadi fokus perhatian kita.
Saudara-saudara,
adik-adik mahasiswa, kita harus berani menciptakan “Revolusi Biru”, blue print
bagi Indonesia baru. Indonesia yang mandiri secara ekonomi maupun teknologi,
Indonesia yang cerdas dan kreatif, Indonesia yang sejahtera rakyatnya. Saya
sangat berharap dari dialog kita hari ini, akan menjadi langkah pertama gerakan
“revolusi biru” yang saya maksud itu.
Demikianlah
saudara-saudara, adik-adik yang budiman.
Semoga
apa yang kita cita-citakan bersama menjadi kenyataan.
Saudara-saudara,
sahabat-sahabat, adik-adik, akhir kata, bila ada salah kata dan salah ucap saya
mohon maaf sebesar-besarnya.
Wasalamu
‘alaikum warahmatullah...
Jakarta,
14 Maret 2013
Bambang Heryanto
Ketua
Umum FKB KAPPI ‘66
Tidak ada komentar:
Posting Komentar